Gde Sumarjaya Linggih Sosialisasikan Empat Pilar Kebangsaan di Stispol Wira Bhakti

Anggota Komisi VI DPR RI Gde Sumarjaya Linggih mensosialisasikan Empat Pilar Kebangsaan di Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Stispol) Wira Bhakti Denpasar, Senin (17/7).

Denpasar – Anggota Komisi VI DPR RI Gde Sumarjaya Linggih yang akrab disapa Demer, mensosialisasikan Empat Pilar Kebangsaan di Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Stispol) Wira Bhakti Denpasar, Senin (17/7). Sosialisasi yang digelar di Aula Yayasan Kebaktian Proklamasi (YKP) dan berkolaborasi dengan e-commerce Tokopedia ini, dihadiri seluruh civitas akademika Stispol Wira Bhakti, SMK Wira Bhakti dan YKP Bali ini, bertujuan untuk memperkuat nilai kebangsaan serta meningkatkan pengetahuan di bidang ekonomi khususnya bagi generasi milenial sebagai upaya penguatan karakter anak bangsa dan calon-calon pemimpin di masa depan.

Menurut Demer, kehidupan bangsa Indonesia akan makin kukuh, apabila segenap komponen bangsa, di samping memahami dan melaksanakan Pancasila, juga secara konsekuen menjaga sendi-sendi utama lainnya, yakni Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika, sebagai empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara. “Indonesia memiliki fondasi yang dikenal dengan istilah Empat Pilar Kebangsaan yaitu Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika. Empat pilar tersebut telah menjadi sejarah perjalanan bangsa Indonesia, dan menjadi komitmen kebangsaan yang harus terus ditingkatkan,” ungkap politisi Partai Golkar tersebut.

banner 728x250

Ia menegaskan, membangun dan mewujudkan Indonesia maju memerlukan komitmen kebangsaan yang kuat. Di sinilah perlu kita tingkatkan pemahaman segenap lapisan masyarakat mengenai arti penting Empat Pilar Kebangsaan dan agar diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. “Nilai-nilai Empat Pilar Kebangsaan ini sudah seharusnya dijadikan warisan kebangsaan yang harus dijaga dan dirawat bersama-sama dan yang lebih penting lagi dihadirkan dalam setiap ruang publik dalam tata kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,” katanya.

Demer juga menyinggung, Empat Pilar Kebangsaan ini juga akan menjadi modal kuat dalam mengembangkan potensi ekonomi kreatif yang dimiliki Indonesia, di mana ekonomi kreatif ini banyak digerakkan para generasi muda. “Saat ini banyak pengusaha yang bermunculan di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Asetnya juga triliunan dan kini jadi pejabat. Anda tahu itu siapa?” tanya Demer.

Dijawab peserta seminar kalau orang yang dimaksud itu adalah Nadiem Makarim. Menurut Demer, naluri bisnis Nadiem memang sangat tajam. Ia dapat melihat sebuah peluang bisnis yang cocok dan dapat membantu banyak warga Indonesia. Pada 2011, Nadiem mulai merintis perusahaan milik sendiri yang kemudian dikenal dengan nama GO-JEK, pesan ojek secara online. Nadiem dengan cerdas memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada untuk kemudahan para pelanggan GO-JEK-nya. Aplikasi GO-JEK pun sudah bisa dirasakan manfaatnya oleh banyak orang. “Ini bisa dicontoh oleh generasi milenial. Di tengah pesatnya perkembangan teknologi seperti sekarang ini, kini banyak restoran besar yang kalah dengan industri rumahan,” katanya.

Sementara itu, pengusaha muda Agung Bagus Arsadhana Linggih yang akrab disapa Arsa Linggih, turut hadir dan memberikan motivasi untuk membangkitkan semangat kewirausahaan khususnya bagi generasi milenial yang hadir dalam kesempatan tersebut. Ia menegaskan, peran generasi muda khususnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sudah tidak diragukan lagi. Bahkan, Bung Karno adalah salah satu tokoh yang dikenal sangat peduli tentang pemuda. Bahkan, kutipan pidatonya tentang generasi muda dengan kutipan “Berikan aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut gunung semeru dari akarnya, beri Aku 10 pemuda niscaya akan kuguncang dunia” hingga saat ini masih populer di kalangan anak muda Indonesia. “Ungkapan dari Bung Karno ini bermakna, perubahan yang lebih besar akan terjadi jika digerakkan dengan semangat pemuda. Bung Karno ingin menjadikan pemuda Indonesia memiliki semangat berjuang dan berkarya,” katanya.

Ia menegaskan, dalam sejarah peradaban bangsa, generasi muda adalah aset bangsa yang sangat mahal dan tidak ternilai harganya. Generasi muda menjadi komponen penting yang perlu dilibatkan dalam pembangunan sebuah bangsa. Hal ini dikarenakan generasi muda memiliki pengetahuan yang baru, inovatif dan juga memiliki tingkat kreativitas yang tinggi. “Tanpa adanya peran generasi muda, sebuah bangsa akan sulit mengalami perubahan,” katanya.

Ketua Stispol Wira Bhakti, Dr. Drs. I Gede Putu Yasa, M.Si., menyambut positif diselenggarakannya sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan ini di Stispol Wira Bhakti. Sosialisasi ini sangat penting untuk dipahami dan dimengerti secara benar oleh seluruh warga negara Republik Indonesia khususnya civitas akademika Stispol Wira Bhakti, terrlebih Stispol Wira Bhakti Denpasar yang bernaung di bawah Yayasan Kebaktian Proklamasi (YKP) telah mengukuhkan diri menjadi kampus kebangsaan. Stispol Wira Bhakti memiliki komitmen kuat dan kewajiban untuk turut membentuk wawasan kebangsaan dengan menanamkan nilai-nilai kebangsaan. “Kehadiran Anggota Komisi VI DPR RI Gde Sumarjaya Linggih ke Stispol Wira Bhakti merupakan berkah karena memberikan manfaat yang luar biasa bagi Stispol Wira Bhakti,” katanya.

Sementara itu, Wakil Ketua YKP Provinsi Bali, Ir. Wayan Sudarta, M.S., menyambut dengan baik kegiatan tersebut dan berharap di masa depan, kegiatan yang meningkatkan wawasan kebangsaan ini rutin diselenggarakan untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan khususnya di kalangan generasi muda. *