MBU DPRI Sunda Kecil, Cikal Bakal Terbentuknya Kodam IX/Udayana

I Wayan Sudarta

Oleh I Wayan Sudarta

I Wayan Sudarta

Dalam rangka peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-65 Kodam IX//Udayana pada 27 Mei 2022, digelar upacara Pitra Puja Brigjen TNI (Anumerta) I Gusti Ngurah Rai. Upacara itu diselenggarakan pada 23 Mei 2022 di Puri I Gusti Ngurah Rai di Desa Carangsari, Kecanatan Petang, Kabupaten Badung. Pitra Puja merupakan upacara keagamaan ala Hindu, yang diyakini untuk melakukan penghormatan kepada para leluhur yang telah mendahului kita. Upacara tersebut dirangkai dengan narasi I Gusti Ngurah Rai, yang dibacakan oleh dua orang staf Kodam IX/Udayana, pria dan wanita, di antaranya dinyatakan sebagai berikut.
Secara resmi, Kodam IX/Udayana terbentuk pada 27 Mei 1957 berkedudukan di Denpasar. Sesungguhnya peristiwa terbentuknya Kodam IX/Udayana, tidak terlepas dari rangkaian sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Berawal dari masa revolusi fisik, ketika Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945, maka di negeri ini terjadi kekosongan kekuasaan. Dalam suasana kritis seperti itulah bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Para pemuda yang tergabung dalam organisasi militer yang bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan Laskar Rakyat, bergerak merebut senjata dari tangan serdadu Jepang. Keadaan serupa terjadi juga di Provinsi Sunda Kecil (Nusa Tenggara), khususnya di Bali.
Menindaklanjuti Maklumat Pemerintah Republik Indonesia 5 Oktober 1945, tentang pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR), maka pada 1 Nopember 1945 bertempat di Kantor Gubernur Sunda Kecil di Singaraja, diadakan rapat penting. Dengan acara pokok membentuk TKR Sunda Kecil. Rapat memutusakan secara aklamasi I Gusti Ngurah Rai sebagai pucuk pimpinan (pimpinan tertinggi) TKR Sunda Kecil dengan pangkat Mayor. Dalam perkembangan selanjutnya, I Gusti Ngurah Rai dilantik secara resmi oleh Kepala Staf Umum Tentara Republik Indonesia (TRI) atas nama Panglima Besar Sudirman, sebagai Komandan Resimen TRI Sunda Kecil. Bersamaan dengan acara pelantikan tersebut, pangkat I Gusti Ngurah Rai dinaikkan dari Mayor menjadi Letnan Kolonel. Pelantikan tersebut diadakan pada Maret 1946 bertempat di Markas Besar Tertinggi (MBT) TRI di Yogyakarta. Patut diketahui, bahwa tatkala itu telah terjadi perubahan nama organisasi kemiliteran dari TKR menjadi TRI.
Berdasarkan perintah Menteri Pertahanan Keamanan Republik Indonesia, I Gusti Ngurah Rai mengadakan rapat penting yang bersifat sangat rahasia. Rapat itu diselenggarakan pada 16 April l946 bertempat di Banjat Munduk Malang, Desa Dalang, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan. Banjar atau desa ini sangat terisolasi, berlokasi di pegunungan dikelilingi oleh pohon-pohon besar yang rindang. Topograpinya bergelombang tajam. Berjarak lebih kurang l7 kilometer dari Kota Tabanan ke arah Barat Laut. Dengan demikian, desa ini relatif sulit dijangkau oleh musuh atau serdadu kolonial Belanda, sehingga memberikan perlindungan keamanan. Itulah makanya, tempat ini dipandang sangat strategis untuk rapat dan dijadikan pusat pertahanan perjuangasn kemerdekaan atau markas Resimen TRI Sunda Kecil.
Rapat tersebut dihadiri oleh pemimpin badan-badan perjuangan kemerdekaan dan Staf TRI Resimen Sunda Kecil. Rapat menghasilkan badan atau organisasi perjuangan kemerdekaan yang kuat, karena merupakan gabungan dari unsur militer (Resimen TRI Sunda Kecil) dan unsur non militer (badan perjuangan kemerdekaan sipil). Badan atau organisasi perjuangan kemerdekaab itu dinamakan Dewan Perjuangan Rakyat Indonesia (DPRI) Sunda Keci, dengan Pucuk Pimpinan I Gusti Ngurah Rai. Markasnya dinamakan Markas Besar Umum (MBU) DPRI Sunda Kecil, berkedudukan di Banjar Munduk Malang, Desa Dalang. Patut diketahui, bahwa dulu MBU disebut MBO singkatan dari Markas Besar Oemoem (ejaan lama). Pasukan tempurnya dalam menghadapi serdadu penjajah Belanda dinamakan Pasukan Induk MBU DPRI Sunda Kecil yang berjumlah lebih kurang 1.000 orang. MBU DPRI Sunda Kecil itulah merupakan cikal bakal berdirinya Kodam IX/Udayana, yang kini berkedudukan di Denpasar. Ini artinya, I Gusti Ngurah Rai menjadi Pangdam Pertama di Sunda Kecil (sekarang Nusa Tenggara).
Kembali kepada upacara Pitra Puja I Gusti Ngurah Rai, Pangdam IX/Udayana dalam sambutannya di antaranya menyampaikan sebagai berikut. Diselenggarakannya acara Pitra Puja I Gusti Ngurah Rai ini adalah untuk mengingat leluhur dan mengirimkan doa atau menghaturkan pemujaan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa agar beliau mendapat ampunanNya. Selain itu, juga sebagai wujud penghormatan kita kepada Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai dan memohon kepada-Nya, agar kita semua diberikan keselamatan, kekuatan, dan pemikiran yang jernih serta suci, sehingga mampu mengemban tugas pengabdian kepada bangsa dan negara.
Dikemukakan oleh Pangdam, bahwa I Gusti Ngueah Rai merupakan salah satu sosok Pahlawan Nasional kebanggaan masyarakat Bali. Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai, dalam usianya yang relatif masih sangat muda, telah berjuang tanpa pamrih. Sejarah telah membuktikan bahwa perjuangan beliau dalam memimpin pasukan Ciung Wanara, bertempur sangat heroik melawan serdadu penjajah Belanda di Desa Marga (sekarang Desa Marga Dauh Puri). Lebih jauh diceritakan oleh Pangdam IX/Udayana, bahwa sosok I Gusti Ngurah Rai bersama pasukannya telah menggelorakan dan membuktikan semangat Puputan, yakni semangat bertempur sampai titik darah penghabisan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Nilai-nilai luhur yang tidak akan pernah luntur oleh zaman inilah sebagai pedoman dalam upaya mengabdikan diri kepada bangsa dan negara, sesuai dengan profesi masing-masing dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
Demikianlah, berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa MBU DPRI Sunda Kecil yang berkedudukan di Banjar Munduk Malang, Desa Dalang pada masa revolusi fisik, merupakan cikal bakal berdirinya Kodam IX/Udayana yang berkedudukan di Kota Denpasar. Berdasarkan uraian tersebut juga dapat disimpulkan, bahwa I Gusti Ngurah Rai merupakan Pangdam Pertama di Sunda Kecil (sekarang Nusa Tenggara).

banner 728x250

*Penulis adalah Wakil Ketua Yayasan Kebaktian Proklamasi.