Literasi Digital Cegah Dampak Negatif di Dunia Maya

Oleh Cokorda Istri Mas Kusumaningrat

Literasi digital merupakan pengetahuan serta kecakapan pengguna dalam memanfaatkan media digital, seperti alat komunikasi, jaringan internet dan lain sebagainya (Suherdi, 2021). Masyarakat Indonesia harus melek digital atau istilahnya memiliki kompetensi digital untuk mengejar ketertinggalan. Literasi digital sangat penting dipelajari di era digitalisasi ini.
Mendikbudristek, Nadiem Anwar Makarim dalam acara peluncuran program literasi digital nasional menyebutkan, di bidang pendidikan, pemanfaatan teknologi di dalam pembelajaran tidak dapat lagi dihindari khususnya di tengah pandemi saat ini. Pemanfaatan teknologi mampu mengakselerasi pendidikan dan mendorong lompatan-lompatan kemajuan dengan syarat yaitu dengan memanfaatkan teknologi yang tepat sasaran dan cakap. Tepat sasaran berarti dapat mengatasi tantangan yang ada di dalam sistem pendidikan, salah satunya adalah kualitas pembelajaran dan akses untuk pendidikan yang berkualitas.
Kemendikbudristek mengembangkan platform pendidikan tingkat nasional yang dapat dimanfaatkan oleh guru dan murid seluruh Indonesia untuk saling berinteraksi, belajar dan berbagi. Salah satu hal penting dalam pemanfaatan teknologi adalah kecakapan. Kecakapan di sini bukan hanya kemampuan dalam penggunaan dan pemanfaatan digital, namun juga cerdas dan bijak dalam penggunaannya. Oleh karena itu, perlu dilakukan pendekatan-pendekatan strategis untuk meningkatkan literasi digital khususnya generasi muda yang belum memiliki benteng yang cukup kuat untuk menangkal pengaruh buruk dari teknologi. Ada 4 dasar keterampilan digital yaitu keamanan digital, keterampilan digital, etika digital dan budaya digital. Empat pilar tersebut akan mendorong ekosistem pembelajaran dengan teknologi yang menghasilkan talenta-talenta unggul di Indonesia.
Program literasi digital adalah sebuah keharusan di tengah makin intensifnya penggunaan internet oleh masyarakat. Tugas kita adalah adalah memastikan setiap anak bangsa mampu mengoptimalkan kebermanfaatan internet yang salah satunya ditandai dengan potensi digital ekonomi Indonesia, literasi digital adalah sebuah keniscayaan untuk membentengi warganet dari dampak-dampak negatif internet. Tahun 2021 program literasi digital direncanakan diadakan dalam 20 ribu pelatihan berdasarkan modul dan kurikulum yang menyiasati 4 pilar keterampilan digital seperti yang di jelaskan oleh bapak mentri pendidikan yaitu digital ethics, digital society, digital skills, digital culture.
Prosiden Joko Widodo sempat mengingatkan, tantangan di ruang digital makin besar, sangat besar, konten-konten negatif terus bermunculan kejahatan di ruang digital terus meningkat, hoax, penipuan daring, perjudian, eksploitasi seksual pada anak, perundungan siber, ujaran kebencian, radikalisme berbasis digital, perlu diwaspadai karena mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Kewajiban kita semua untuk terus meminimalkan konten negatif, membanjiri ruang digital dengan konten-konten positif, banjiri terus, isi terus, kita harus tingkatkan kecakapan digital masyarakat agar mampu lebih banyak menciptakan konten-konten positif, yang menyejukkan, yang menyerukan perdamaian. Internet harus mampu meningkatkan produktivitas masyarakat, membuat UMKM naik kelas, perbanyak UMKM ‘on boarding’ ke platform e-commers, sehingga internet bisa memberi nilai tambah ekonomi bagi seluruh lapisan masyarakat. Literasi digital adalah kerja besar. Bukan hanya pemerintah namun diperlukannya dukungan masyarakat agar makin banyak masyarakat yang “melek” digital.
Skill-skill kecakapan digital yang perlu dimiliki masyarakat Indonesia, dari yang paling dasar yaitu kecakapan penggunaan handphone dengan tau cara berkomunikasi, berkolaborasi, berinteraksi, transaksi dan mencari informasi melalui internet serta menggunakan aplikasi-aplikasi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan kecakapan level menengah, yaitu kemempuan untuk menciptakan konten, bias membuat produk-produk artefak digital, membuat video, audio, dan lain sebagainya, kemudian level teratas, yaitu kemempuan menggunakan big data, artificial intelengent, virtual reality.
Wakil Ketua Umum Siberkreasi, Anita Wahid menyatakan bahwa pentingnya kecakapan masayarakat Indonesia akan etika dan budaya bersosial media. Digital culture, digital ethic, membicarakan siapa diri kita, kita orang seperti apa, nilai-nilai apa yang kita pegang ketika kita menjalani hidup kita. Sosial media itu seperti fortofolio kita, atau curriculum vitae-nya kita yang bisa dibuka oleh siapapun. Misalkan perusahaan yang akan mempekerjakan kita, bisa mengecek melalui sosial media, mau ikut kompetensi-kompetensi yang memerlukan ‘support’ dari orang lain, orang lain juga mengecek dari sosial media kita, kemudian kalau mau berhubungan dengan komunitas, komunitas juga mengecek melalui sosmed kita. Jadi kalau kita menyelaraskan antara sosial media dengan dunia nyata kita, kita akan berbicara mengenai semua nilai yang sudah diajarkan leluhur-leluhur kita secara turun temurun, sopan santun, kejujuran, menghormati perbedaan itu semua akan kita bawa di sosial media kita juga. *

banner 728x250

*) Penulis adalah Dosen Stispol Wira Bhakti Denpasar

Sumber: https://suratkabarbali.com/2021/07/13/literasi-digital-cegah-dampak-negatif-di-dunia-maya/