Ngobrol Bareng Dialog Kebangsaan Pro 2 FM RRI Bali bersama Stispol Wira Bhakti

Pada hari Selasa 4 Mei 2021, merupakan jadwal program dari Radio Republik Indonesia “Ngobrol Bareng Dialog Kebangsaan Pro 2 FM RRI Bali bersama Sobat Kreatif” yang mengusung tema “JSN 45 Dalam Pendidikan di Masa Pandemi Covid Why Not” hal ini dibawakan oleh dua orang narasumber dari tenaga pendidik Stispol Wira Bhakti Denpasar yang pertama oleh Dr. A.A. Putu Sugiantiningsih, S.IP., M.AP., dan yang kedua oleh Bapak I Made Adiwidya Yowana, S.H., M.H.Li., berlangsung sangat hangat mengingat pendidikan saat ini sedang berada pada perubahan sistem besar-besaran, dari sekolah tatap muka menjadi sekolah online yang sudah berlangsung hampir satu setengah tahun. Banyak kejadian beberapa waktu belakangan ini terkait dengan pendidikan ketika siswa yang di didik tidak lagi bertatap muka dengan gurunya. Kita tidak tahu apa yang mereka lakukan jika pembelajaran secara daring tidak dilakukan, bahkan setelah selesai mengerjakan tugas dari gurunya mereka bisa mengabaikan belajar dengan bermain gadget ataupun dengan bermain bersama teman mereka. Tentunya dampak negatif yang akan banyak timbul adalah terkikisnya mental generasi muda kita, etika budi pekerti dan nilai-nilai moral akan dipertaruhkan generasi muda kita akan semakin terperosok dalam kebodohan. Ketika mereka melakukan tatap muka bersama gurunya, secara otomatis mereka akan merasakan sentuhan bagaimana didikan moral nilai-nilai kebangsaan dan nilai-nilai etika budi pekerti yang ditanamkan para pendidik, para peserta didik juga akan merasakan bagaimana pantauan dari guru-guru mereka di sekolah. Akan tetapi dalam hal ini pada situasi sekarang, ada peserta didik yang terkadang orang tuanya bekerja di kantor dan melupakan bagaimana aktivitas anak-anaknya yang sedang mengikuti pembelajaran online, tentunya sangat mengkhawatirkan jika pembelajaran online ini akan berlangsung secara terus-menerus. Seiring dengan masih tingginya jumlah masyarakat yang terpapar Covid-19, kita akan kembali pada masa perjuangan dahulu karena saat itu para penjajah berupaya untuk merebut Indonesia karena kekayaan alamnya yang melimpah kita berusaha untuk dibodohi, karena SDM kita yang bodoh tentunya akan dapat dimanfaatkan oleh para penjajah. Akan tetapi dan sangat disyukuri, bahwa para pejuang kita, pahlawan-pahlawan kita yang telah gugur di medan perang untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia ini berupaya mencerdaskan kehidupan bangsa yang hal ini tentunya akan dilakukan jika generasi muda kita mendapatkan pendidikan yang layak. Mereka memiliki ilmu kecerdasan yang dapat memilah dan memilih mana yang baik mana yang buruk, mana yang benar mana yang salah.
Pejuang terdahulu, Raden Ajeng Kartini sekaligus Ki Hajar Dewantara yang begitu getol untuk memasukkan pentingnya pendidikan dalam undang-undang Dasar 1945 sehingga kita dapat mengecap pendidikan layak sampai sekarang ini. Nilai-nilai inilah yang patut kita resapi, serangkaian dengan hari pendidikan nasional pada tanggal 2 Mei lalu. Akan tetapi dalam memperingati Hari Pendidikan Nasional sebelum pada masa pandemi ini, kita biasanya melakukan upacara bendera dan lomba-lomba. Sedangkan pada masa sekarang, sama sekali tidak ada reaksi terhadap kehidupan dari insan-insan pendidikan untuk penyelenggaraan kegiatan kegiatan yang bersifat daring dalam memperingati Hari Pendidikan Nasional. Hal ini sungguh disayangkan seolah-olah pendidikan ini kembali tergerus waktu, diharapkan sekali dengan kehadiran Menteri Pendidikan Kebudayaan dan Riset yang dipegang oleh salah satu tokoh muda bangsa Indonesia. Diharapkan dapat menciptakan suatu karya teknologi dan dapat membuat kebijakan yang nantinya dapat menyelamatkan sektor pendidikan kita, dimana sektor pendidikan kita tidak boleh diabaikan. Jika pendidikan ini diabaikan, masyarakat akan bodoh, kriminalitas akan meningkat, ekonomi pun tidak akan bisa meningkat karena tidak ada wawasan dan tidak ada ilmu kecerdasan dari masyarakatnya. Otomatis ini merupakan sebuah siasat trik n trik dari bangsa-bangsa atau negara lain yang ingin menguasai Indonesia yang mungkin dulu gagal menguasai Indonesia, saat ini segala upaya mereka lakukan untuk kembali lagi merebut kemerdekaan Indonesia lagi. Lagi dan lagi, kita akan mengulang masa-masa perjuangan, hanya bedanya jika dulu para pahlawan kita berjuang dengan berdarah-darah kali ini kita akan dihadapkan dengan politik yang terselubung yang susah untuk kita prediksi. Dengan menghancurkan sedikit demi sedikit moralitas bangsa dengan tidak adanya pembelajaran secara langsung dan banyak dipotongnya mata pelajaran-mata pelajaran pokok yang menanamkan jiwa semangat nilai-nilai 1945, sangat sedih dan sangat miris sekali. Ini PR kita bersama, bagaimana legislatif dan eksekutif berjuang untuk kebijakan tersebut agar pendidikan kita generasi muda kita selamat dan Indonesia bisa kita pertahankan. *tin