Di tengah gempuran ideologi asing, riuhnya arus informasi, dan tantangan disrupsi yang menggerus nilai-nilai luhur, Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Stispol) Wira Bhakti Denpasar tak goyah. Mereka bukan kampus “veteran” yang bernostalgia pada masa lalu, atau sekadar institusi pendidikan formal biasa. Lebih dari itu, Stispol Wira Bhakti dengan gagah berani memancangkan identitasnya sebagai “Kampus Kebangsaan”, sebuah kawah candradimuka bagi penempaan jiwa patriotik generasi penerus bangsa. Ini adalah deklarasi tegas, sebuah komitmen yang tak tergoyahkan, bukan sekadar identitas semata.
Di bawah payung Yayasan Kebaktian Proklamasi (YKP), yang didirikan oleh para pejuang kemerdekaan dengan cucuran keringat dan darah, Stispol Wira Bhakti telah membuktikan komitmennya selama puluhan tahun. Mereka secara konsisten merawat dan menegakkan Tri Pusaka Bangsa: Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Visi ini bukan retorika kosong atau sekadar slogan dinding; ia adalah denyut nadi yang menghidupi seluruh aktivitas kampus, keyakinan fundamental bahwa memelihara Tri Pusaka adalah hakikat merawat martabat dan kelangsungan hidup Indonesia. Semangat ’45 yang menjadi landasan pendiriannya, di kampus ini, tidak hanya dikenang sebagai sejarah, namun dihidupkan, diamalkan, dan ditransformasikan menjadi energi positif bagi masa depan.
Tujuan mereka jelas, dan terpatri dalam setiap sendi pendidikan: melahirkan lulusan dengan kepribadian patriotisme dan nasionalisme yang tak tergoyahkan. Mahasiswa dibentuk untuk melestarikan dan mengamalkan Jiwa, Semangat, dan Nilai-nilai 1945 (JSN’45) dalam setiap aspek kehidupan. Kurikulumnya dirancang secara komprehensif, tidak hanya untuk mencerdaskan secara intelektual, tapi juga menguatkan karakter dan budi pekerti. Mata kuliah kebangsaan, sejarah perjuangan bangsa, hingga pendidikan karakter yang mendalam menjadi pondasi utama. Setiap kegiatan, dari seminar kebangsaan yang menginspirasi, diskusi panel yang kritis, hingga bakti sosial yang menyentuh langsung masyarakat, adalah medan tempa untuk menumbuhkan kesadaran kolektif akan pentingnya persatuan, keberagaman, dan pengabdian tulus kepada Ibu Pertiwi. Mereka dipersiapkan untuk menjadi pemimpin masa depan yang berakar kuat pada nilai-nilai luhur bangsanya.
Inilah yang membedakan Stispol Wira Bhakti dari kebanyakan kampus lain di Indonesia. Ketika institusi pendidikan lain mungkin lebih berfokus pada spesialisasi keilmuan semata, mengejar daya saing di pasar kerja global, kampus ini melangkah jauh lebih dalam. Pembentukan karakter kebangsaan menjadi inti dan prioritas utama, melampaui sekadar perolehan gelar akademis. Kecerdasan intelektual harus beriringan dengan kematangan spiritual dan moral kebangsaan. Tanpa itu, seorang sarjana hanya akan menjadi individu yang pintar, namun miskin jiwa dan kepedulian terhadap bangsanya.
Lulusan Stispol Wira Bhakti diharapkan tidak hanya menjadi ahli di bidangnya, tetapi juga agen perubahan yang memiliki kesadaran tinggi akan peran dan tanggung jawab mereka sebagai bagian tak terpisahkan dari bangsa Indonesia. Mereka adalah pilar-pilar masa depan yang akan menjaga keutuhan dan kemajuan bangsa.
Menyandang nama besar pahlawan nasional I Gusti Ngurah Rai, pahlawan yang gagah berani berkorban demi kemerdekaan, Stispol Wira Bhakti memikul beban mulia untuk terus mengembangkan kajian ilmiah Pancasila. Ini sangat krusial, agar Pancasila tidak hanya dipahami sebagai dogma semata, tapi juga sebagai ideologi hidup yang relevan dengan perkembangan zaman dan mampu menjawab tantangan modern.
Stispol Wira Bhakti berkomitmen untuk menjadi garda terdepan dalam merumuskan sistem politik Pancasila, sistem budaya Pancasila, dan berbagai aspek keilmuan lain yang bersumber dari nilai-nilai luhur bangsa. Dengan banyaknya peneliti berkualitas di kalangan dosen, kampus ini adalah ladang subur untuk melahirkan kajian-kajian inovatif, publikasi ilmiah yang mendalam, dan riset-riset terapan yang mampu memperkuat pemahaman dan implementasi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Di era digital yang begitu dinamis, dengan banjir informasi dan disinformasi yang kian masif, STISPOL Wira Bhakti tak ketinggalan dalam beradaptasi. Mereka menyadari pentingnya pendekatan khusus untuk menjangkau generasi milenial yang lahir dan tumbuh di tengah gelombang teknologi. Sosialisasi dan pembumian nilai-nilai Pancasila tidak lagi dilakukan secara konvensional melalui ceramah yang kaku, melainkan melalui media yang akrab dengan mereka, seperti platform media sosial, infografis yang menarik, video edukatif, dan konten digital interaktif. Pendekatan persuasif yang mengedepankan gagasan segar dan simulasi praktik kehidupan sehari-hari lebih diutamakan ketimbang doktrin yang mendikte. Dengan begitu, Pancasila akan diterima sebagai payung moral dan kultural yang terus tertanam nyata dalam jiwa dan perilaku kaum muda. Di Kampus Kebangsaan ini, semangat gotong royong yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia, empati terhadap sesama, dan toleransi terhadap perbedaan terus dipupuk dan dikembangkan. Tidak ada tempat bagi arogansi, keserakahan, kurangnya empati, fitnah, dan perilaku licik yang menjatuhkan orang lain.
Stispol Wira Bhakti, dengan segenap daya dan upaya, akan terus melestarikan, menyelamatkan, menggali, dan mengembangkan pribadi-pribadi Pancasilais, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan melahirkan generasi berjiwa Pancasila yang teguh mengemban amanat marwah kebangsaan demi Indonesia yang lebih kuat, berdaulat, dan bermartabat. *