Kolom  

Mengenang Tujuh Puluh Tahun Pengabdian Yayasan Kebaktian Proklamasi

Oleh I Wayan Sudarta

Secara historis, berdirinya sebuah yayasan sosial yang bernama Yayasan Kebaktian Proklamasi (YKP), berkaitan erat dengan perang kemerdekaan Indonesia. Perang kemerdekaan ini berlangsung dalam waktu relatif panjang, yakni selama empat tahun (Akhir 1945 s.d akhir 1949). Selama kurun waktu tersebut, pada mulanya pemuda gerilya (pasukan pejuang kemerdekaan Indonesia) berhadapan dengan serdadu Jepang, kemudian melawan serdadu Belanda dengan  kemasan Netherlands Indies Civil Administration (NICA). Perang kemerdekaan itu, memakan korban bagi bangsa Indonesia yang tidak ternilai. Korban tersebut, baik berupa material maupun non material, bahkan tetesan darah, jiwa dan raga yang merupakan milik termahal bagi setiap insan.

banner 728x250

Setelah perang kemerdekaan itu usai, di Bali khususnya timbul suasana yang sangat mencekam dan memilukan. Korban perang seperti telah digambarkan tersebut, demikian banyak dan tidak ternilai. Sebagai contoh, relatif banyak pejuang kemerdekaan yang cacat seumur hidup (invalid). Relatif banyak anak yatim piatu, akibat salah seorang atau kedua orang tua mereka gugur di medan pertempuran. Relatif banyak juga para istri pejuang menjadi janda, akibat suami mereka masing-masing gugur melawan serdadu penjajah di medan pertempuran.

Keadaan yang sangat meprihatinkan tersebut, menimbulkan pertanyaan diantaranya sebagai berikut. (1) Apa yang harus dilakukan untuk memperingan beban yang memilukan bagi keluarga Veteran Anumerta dan keluarga pejuang kemerdekaan, yang menderita korban perang kemerdekaan tersebut? (2) Apa yang harus dilakukan bagi generasi muda bangsa, khususnya anak yatim piatu, agar kelak mereka mampu mengisi dan mengamankan kemerdekaan Indonesia?

Berangkat dari pertanyaan tersebut, lahirlah percikan pemikiran yang cemerlang, yakni perlu didirikan sebuah yayasan sosial. Yayasan sosial itu pada awalnya bernama Yayasan Kebaktian Pejuang (YKP). Kemudian diubah menjadi Yayasan Kebaktian Proklamasi dengan singkatan yang sama, yakni YKP. Perubahan ini, berdasarkan Akta Notaris Nomor 105 Tanggal 16 Mei 1959.

Yayasan ini didirikan oleh para pejuang kemerdekaan Indonesia (sekarang Legiun Veteran Republik Indonesia) di Bali, bersama Pemerintah Daerah Bali (sekarang pemerintah Provinsi Bali). Para pejuang kemerdekaan di Bali diwakili oleh I Nengah Wira Tamu (Bapak Tjilik) dan I Made Sugita. Pemerintah Daerah Bali diwakili oleh Anak Agung Bagus Sutedja dan I Gusti Gede Subamia. Hal ini sesuai dengan surat perjanjian (sekarang Akta) Yayasan Kebaktian Pejuang Nomor 23 tanggal 3 Oktober 1951. Dengan didirikannya yayasan ini, diharapkan penderitaan para pejuang dan keluarga Veteran Anumerta tersebut, dapat diatasi. Paling tidak dapat diminimalkan.

Sejalan dengan perkembangan keadaan, Akta tersebut mengalami beberapa kali perubahan lagi. Terakhir mengalami perubahan dengan Akta Pendirian Yayasan Kebaktian Proklamasi Nomor 12 Tanggal 04 Pebruari 2014. Akta ini disusul oleh Pernyataan Keputusan Rapat Yayasan Kebaktian Proklamasi Nomor 06 Tanggal 06 Desember 2016.

Berdasarkan Akta YKP Nomor 23 Tanggal 3 Oktober 1951, pada prinsipnya YKP didirikan dengan tujuan sebagai berikut. (1) Memupuk Jiwa Kepahlawanan dan semangat pengabdian kepada bangsa dan negara. Selanjutnya dalam perubahan Akta YKP disebut tujuan sosial. (2) Memperhatikan kesejahteraan lahir dan batin keluarga pahlawan (Veteran Anumerta) dan pejuang kemerdekaan Indonesia di Bali. Selanjutnya dalam perubahan Akta YKP disebut tujuan kemanusiaan.

Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, Pengurus Yayasan Kebaktian Proklamasi melakukan beragam kegiatan, yang menggambarkan pengabdiannya. Baik pengabdian pada masa silam, maupun pengabdian pada masa kini, selama lima belas tahun terakhir, sebagai di bawah ini.

Beberapa kegiatan Pengurus YKP pada masa lampau, lebih dititikberatkan pada tujuan kemanusiaan. Artinya, lebih berorientasi pada korban perang kemerdekaan Indonesia di Bali, sebagai contoh. Anak yatim piatu yang ditinggal gugur oleh orang tua mereka, diasuh dan diberikan kesempatan untuk mengeyam pendidikan formal sesuai dengan keinginannya masing-masing. Para pemuda gerilya yang menjadi korban revolusi fisik (cacat seumur hidup atau invalid) di Bali, diberikan santunan. Begitu juga para janda Veteran Anumerta diberikan santunan.

Hal itu tidak berarti, bahwa Pengurus YKP pada masa silam mengabaikan sama sekali tujuan sosial. Tujuan sosial diperhatikan juga, setelah tujuan kemanusiaan dapat diwujudkan. Hal ini diantaranya terlihat melalui didirikannya Taman Pujaan Bangsa (TPB) Margarana pada tahun 1954 dan diperingati Hari Puputan Margarana setiap 20 Nopember. Hal ini bertujuan untuk mengenang, menghormati, dan mengabadikan jasa-jasa para pejuang yang gugur di medan perang sebagai kusuma bangsa. Juga untuk mengobarkan nilai-nilai kejuangan keada generasi muda bangsa. Kemudian pada tahun 1977 didirikan dan dibina Sekolah Menengah Atas (SMA) Wira Bhakti Denpasar dan pada tahun 1978 didirikan dan dibina Sekolah Menengah Pertama (SMP) Wira Bhakti Denpasar. Bahkan pada tahun 1972 didirikan Akademi Perhotelan Bali, kemudian pada tahun 1979 menjadi Akademi Administrasi Wira Bhakti Denpasar. Akademi ini merupakan cikal bakal berdirinya Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISPOL) Wira Bhakti Denpasar pada tahun 1985. STISPOL Wira Bhakti ini sampai sekarang masih tetap dibina oleh Pengurus YKP masa kini. Akan tetapi karena adanya keterbatasan, pada tahun 1997 SMP dan SMA Wira Bhakti Denpasar, pengelolaannya diserahkan kepada Yayasan Taman Pendidikan (TP) 1945.

Berbeda halnya dengan kegiatan Pengurus YKP terdahulu, kegiatan Pengurus YKP pada masa kini (lima belas tahun terakhir), lebih difokuskan pada program kegiatan untuk mencapai tujuan sosial. Tanpa mengabaikan program kegiatan untuk mencapai tujuan kemanusiaan. Keadaan itu bergantung pada situasi dan kondisi.

Kegiatan Pengurus YKP pada masa kini, untuk mencapai tujuan sosial (lengkapnya tujuan sosial budaya), diantaranya sebagai berikut. (1). Diperingati secara berkesinambungan tiga tonggak besar sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia di Bali. Meliputi peringatan, Hari Lahirnya Dewan Perjuangan Rakyat Indonesia (DPRI) Sunda Kecil di Dusun Munduk Malang, Desa Dalang (16 April). Peringatan Hari Pertempuran Besar Tanah Aron  di Desa Tanah Aron (7 Juli). Peringatan Hari Puputan Margarana (20 Nopember). (2). Diperingati Hari Ualang Tahun (HUT) YKP (3 Oktober). Peringatan HUT ini dirangkai dengan HUT STISPOL Wira Bhakti Denpasar dan HUT SMK Wira Bhakti Denpasar. (3). Diselenggarakan lomba-lomba yang bernuansa kebangsaan, seperti lomba baca puisi, paduan suara, menyanyi perorangan, dan operet. Beragam lomba ini biasanya diadakan beberapa hari menjelang peringatan HUT YKP atau peringatan Hari Puputan Margarana. (4). Diterbitkan “Suara YKP Bali” dengan motto Membudayakan Jiwa, Semangat, Nilai-nilai 1945 (JSN 1945). (5). Didirikan “Koperasi Arta Nusantara YKP Provinsi Bali, yang bergerak di bidang usaha simpan pinjam. (6). Diselenggarakan Pendidikan formal seperti STISPOL Wira Bhakti Denpasar dan Sekolah Menengah kejuruan (SMK) Wira Bhakti Denpasar. (7). Diselenggarakan pendidikan non formal. Berupa, kursus Pendidikan dan Pelatihan Komunikator JSN 1945, dan ceramah-ceramah atau sosialisasi yang berkaitan dengan JSN 1945 kepada para siswa/mahasiswa baik di dalam maupun di luar kampus Wira Bhakti Denpasar. Terutama kepada para siswa/mahasiswa yang berkunjung di TPB Margarana. (8). Diadakan kegiatan Napak Tilas pada setiap Pekan Pahlawan Kemerdekaan Indonesia di Bali (mulai 10 Nopember sampai dengan 20 Nopember). (9). Diperingati Satu Abad Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai pada 30 Januari 2017 di TPB Margarana secara meriah.

Berbagai kegiatan Pengurus YKP untuk mencapai tujuan sosial tersebut, sejatinya menggambarkan keikutsertaan YKP dalam dalam pembangunan karakter bangsa. Hal ini sangat diperlukan, karena merupakan modal spiritual utama dalam mengisi dan mengamankan Negara Proklamasi 17 Agustus 1945. Menuju masyarakat yang adil dan makmur, dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, dengan motto Bhineka Tunggal Ika.

Berkaitan dengan kegiatan-kegiatan Pengurus YKP masa bakti lima belas tahun terakhir, dalam upaya untuk mencapai tujuan kemanusiaan, diantaranya dapat dikemukakan sebagai berikut. (1). Diadakan pengabdian pada masyarakat. Terutama di desa-desa basis perjuangan kemerdekaan di Bali oleh Pengurus YKP menjelang Hari Puputan Margarana (20 Nopember). Kemudian kegiatan sejenis, digantikan oleh Dinas Sosial Provinsi Bali. (2). Kegiatan serupa secara rutin setiap enam bulan, diadakan juga oleh STISPOL Wira Bhakti Denpasar. (3). Kegiatan lain yang berkaitan dengan tujuan kemanusiaan, diselenggarakan oleh Pengurus YKP melalui pendidikan formal di perguruan Wira Bhakti. Pembayaran SPP baik di STISPOL maupun di SMK Wira Bhakti, terjangkau oleh masyarakat kecil (lapisan masyarakat bawah). Besar SPP di STISPOL Wira Bhakti Rp.350.000,00 per orang per bulan, sedangkan di SMK Wira Bhakti Denpasar sebesar Rp.150.000,00 per orang per bulan. Putra-Putri Veteran dan keturunnanya, yang mengikuti pendidikan di perguruan Wira Bhakti, diberikan keringanan membayar SPP sebesar 25%. Seluruh mahasiswa dan siswa dibebaskan dari uang gedung. Para lulusan siswa SMK Wira Bhakti Denpasar, yang melanjutkan pendidikan di STISPOL Wira Bhakti Denpasar di bebaskan dari SPP selama dua semester. Mereka juga diprioritakan untuk mendapatkan beasiswa. Dengan cara-cara seperti itu, diharapkan lebih banyak generasi muda bangsa yang dapat mengeyam pendidikan formal, sampai ke jenjang pendidikan tinggi.

Beragam kegiatan YKP tersebut, dalam upaya mencapai tujuan, berpedoman pada Etos Kerja YKP. Etos Kerja YKP adalah pandangan hidup yang khas dan berkarakter etika moral, yang dijadikan pedoman dalam bergiat untuk mencapai tujuan YKP. Etos Kerja YKP terdiri atas tiga elemen yang saling mengait dan tidak terpisahkan, sebagai berikut. (1). Inspirasi Kebangsaan. (2). Ikon Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai. (3). Idola masyarakat luas (idola masyarakat kecil).

Inspirasi atau ilham kebangsaan. Artinya YKP harus mampu membudayakan Jiwa, Semangat, dan Nilai-nilai 1945 (JSN 1945). Sebab JSN 1945, merupakan modal spiritual utama dalam mengisi dan mengamankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, dengan motto Bhineka Tunggal Ika, seperti telah dikemukakan sebelumnya,

Ikon Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai. Artinya, YKP mampu menjadi pelopor dalam meneladani sikap I Gusti Ngurah Rai yang gagah berani, ikhlas berkorban dalam segala hal, dan tanpa pamrih dalam perang kemerdekaan Indonesia. Semuanya itu dipersembahkan demi kemerdekaan Indonesia Raya. Kini diperlukan untuk mengisi dan mengamankan kemerdekaan Indonesia tercinta.

Idola masyarakat luas (terutama warga masyarakat kecil). Artinya, YKP harus mampu menjadi idola atau pujaan masyarakat luas, terutama lapisan masyarakat bawah. Suasana ini terwujud, karena biaya pendidikannya murah, terjangkau oleh anggota masyarakat kecil. Lulusannya berkualitas. Tenaga pendidik dan kependidikannya bagus. Sarana dan prasarananya memadai. Suasana pembelajarannya kondusif.

Demikianlah gambaran mengenai pengabdian YKP dari masa silam sampai masa kini.  Semoga pengabdian tersebut bermanfaat bagi bangsa dan negara. Merdeka! *

*) Penulis adalah Wakil Ketua YKP